Saturday, February 16, 2019

Instagram Detox?

Assalammualaikum Wr.Wb.
Salam Insom dari 12550.

Tiga bulan ini, Allah beri nikmat kekosongan waktu dari bekerja untuk istirahat dan memanfaatkan waktu lebih banyak dengan keluarga dan teman dekat. Seharusnya setiap kali pertemuan ada rasa puas dan bersyukur, namun mengapa akhir-akhir ini menjadi semakin penurunan kualitas diri? Penurunan kualitas diri, seperti apa?

- Berkurangnya rasa syukur, kenapa gitu? Karena gue ngerasa kok dengan mudahnya membandingkan diri gue dengan kehidupan orang lain. Padahal setiap manusia dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dengan jatahnya masing-masing, dengan zonanya masing-masing.

-   Tertundanya pekerjaan lain. Hmm. Kok yang seharusnya gue bangun tidur langsung ambil air wudhu, kenapa jadi langsung buka HP ya? Segitu pentingnya benda tsb? Kok target mengulas segala kegiatan rutin di blog jadi tertunda berbulan-bulan ya. Kenapa pita suara ini sudah lama tidak menyuarakan ayat-ayat Qur'an? Kenapa buku toefl di ruang tamu jadi tidak tersentuh? Kenapa dan kenapa?

-    Berkurangnya kualitas silaturahmi. Intinya itu kan ketemu, terus update kehidupan satu sama lain, kok malah lupa sih mau nanya ini, mau nanya itu soal dia. Apa yang salah ya?

-    Meningkatnya prasangka buruk serta membicarakan kehidupan orang lain yang seharusnya bukan menjadi ranah kita. Setiap liat beberapa orang meng-update kehidupan media sosialnya, pikiran gue jadi mengarah ke hal yang negatif, jangan-jangan dia seperti ini karena ini, menjadi menduga yang tidak-tidak. Oh, dia sekarang sama si subjek ini, kok bisa ya? Astaghfirullah. Gue ini kenapa sih?

-    Menimbulkan rasa riya' atau sombong. Lagi makan enak, senang-senang, asik main, terus mereka yang melihat dan sedang sedih gimana ya? gimana kalau yang lihat sedang dalam kondisi terpuruk? gimana kalau gue di posisi mereka? ya di balik seperti poin pertama, menurunnya kualitas bersyukur.

-    Menjadi candu untuk suatu hal yang tidak perlu. Bangun tidur harus update, sedang luang malah berjam-jam melihat layar HP. Padahal dengan berjam-jam itu banyak hal yang bisa dilakukan. Candu banget sih woi. hmm

-   Mengumbar privasi. Yang seharusnya orang lain tidak ikut andil dalam hidup pribadi kita, mereka jadi ikut mengintervensi, sehingga membuat penyakit hati tambahan. Bukannya nambah solusi dan pahala, malah nambah dosa.

***

Jadi, ternyata benar adanya penurunan kualitas diri gue sebagai hamba Allah. Ga cuma dari segi ibadah wajib deh, untuk segi interaksi sosial dengan keluarga inti dan teman dekat jadi terganggu, segi mental gue juga terganggu.

Masya Allah, bukan berarti gue nyalahin keberadaan dari Instagram sih. Dari media sosial ini kita menjaring banyak informasi, yang baik maupun yang buruk, serta fakta ataupun hoax ada semua di sana. Sehingga bagaimana kita menggunakannya secara bijak. Oleh karenanya, secara pribadi, gue mulai mengalami kecanduan akan penggunaan media sosial ini, serta mengalami penurunan kualitas diri yang gue sebutkan sebelumnya, maka tepat Selasa, 12 Februari 2019 gue memutuskan untuk men-deactivate akun Instagram.

Sehari setelahnya, beberapa teman gue nge-DM, kok IG lo gini?
Gue jelasin kalau gue lagi belajar vakum dari instagram yang menurut gue sudah membuat penurunan kualitas diri. Target gue ga muluk-muluk sih, gue rencana deactivate selama 2 minggu, semoga bisa lebih, lebih bagus lagi kalau nantinya bisa beradaptasi untuk menggunakan instagram 2x/seminggu misalnya. Untuk sementara ini, gue bener-bener harus meng-cut kebiasaan tsb.

Dan ada yang bertanya, kenapa harus deactivate sih? Kan bisa cuma ga dibuka aja?
Pilihan gue adalah deactivate plus uninstall aplikasi. Karena kalau aplikasi ini masih ada di hadapan gue, dan gak gue deactivate, maka lahirlah ketidak istiqomah an diri. Jadi karena hanya dengan cara tsb, gue bisa survive tanpanya. Ini kan cara gue. Terserah pribadi masing-masing sih. Ada juga bahkan yang menghapus akun. Salah kah? Menurut gue sih gak sama sekali, hidup yang ngejalanin lo, konsekuensi lo ambil sendiri, ya silakan-silakan aja. 

Kadang bersikap cuek itu perlu sih. Supaya kita ga terlalu memikirkan apa kata orang. Sebab yang tahu kan diri kita sendiri, mereka cuma tahu luarnya aja. Chill.

Oiya, balik lagi ke topik utama. Baru jalan empat hari tanpa instagram, dan gue ngerasa aman, nyaman, tenteram, damai, tanpa harus tahu kehidupan orang lain. Gue mulai menata kehidupan nyata ini. Bismillah....

Itulah opini gue, yang sedang gue jalani sekarang. Sorry kalau ada salah kata yaw. Ini sekedar opini pribadi gue aja. Jangan dimasukkin hati hahah. 

Jadi semua manusia dilahirkan di dunia, menjadi pemimpin untuk dirinya masing-masing, ketika sudah bisa menjadi pemimpin untuk dirinya, maka silakan jadi pemimpin di ruang lingkup pilihannya masing-masing.

Wassalammualaikum Wr.Wb.

No comments:

Post a Comment